Pemecatan terhadap kader-kader partai yang dinilai melanggar garis-garis besar kebijakan partai dinilai banyak pengamat dan warga netizen secara beragam. Ada yang memandang pemecatan tersebut sebagai mekanisme normal organisasi. Namun tidak sedikit yang menyayangkan dan mengecam keputusan tersebut yang dinilai "melukai" hati publik.
Bagi yang tidak setuju, mereka memandang bahwa pemecatan tersebut merupakan bentuk kegagalan PDIP dalam hal kepemimpinan yang langsung menunjuk pada kinerja kepemimpinan Ibu Megawati Soekarno Putri dan jajaran pengurus elit. PDIP di bawah kepemimpinan Megawati dinilai gagal dalam memberi ruang bagi kader-kadernya dalam mengembangkan diri dan menyatakan sikap dalam berpolitik.
Sebutan atau pengistilahan "petugas Partai" dinilai sebagai pemicu sikap tidak profesionalnya partai, dalam hal ini pimpinan partai yang dinilai tidak dapat membedakan perlakuan sikap pada kader-kader yang sedang memimpin di tingkatan yang pemberlakuan etika komunikasinya berbeda. Idealnya, mereka berpendapat sebutan petugas partai merukana mekanisme komunikasi ke dalam atau internal partai saja dan tidak dibesar-besar di ruang publik yang berbeda asal partai.
Dalam konteks lainnya, pemecatan atas dirinya, Jokowi, merespon sebagai sebuah keputusan yang di hormati. Keputusan sudah di ambil, dan Ia tidak sedang dalam posisi menanggapi dan memberikan penilaian. Dan selanjutnya menerima dirinya sebagai "partai perseorangan".
Respon Jokowi ini mirip degan apa yang disampaikan Gibran yang menekankan sikap "Tunggu Saja". Lain halya dengan Boby Nasution yang menerangkan bahwa posisinya sudah diadopsi oleh Gerinda sebagai kadernya.
Publik menilai bahwa respon "dingin" pak Jokowi menandakan bahwa Ia adalah seorang politisi yang tidak reaktif, emosional dan brutal dalam merespon serangan terhadap dirinya, pemerintahan dan keluarganya.
Pernyataan sebagai "Partai Perseorangan" menimbulkan juga spekulasi adanya kemungkinan Jokowi membangun Partainya sendiri ke depan. Kemungkinan besar partai ini merupakan wujud transformasi organisasi pendukung Jokowi yakni Projo yang selama ini setia menjadi salah satu pendukung Jokowi dalam setiap perhelatan pemilu.
Di sisi lainnya, publik juga menafsir bahwa pernyataan tersebut sebagai sebuah sikap "Wait and See" jelang konggres partai PDIP yang membunculkan kegelisahan perpecahan faksi di tubuh PDIP. Antara yang loyal dengan Jokowi dan yang berlawanan dengan Jokowi.
Sebagaimana kita ketahui, para pembenci, pengamat politik meramalkan bahwa popularitas pak Jokowi, sebagaimana presiden-presiden sebelumnya akan redup seiring lengsernya dari kepemimpinan dua periode. Akan tetapi ramalan tersebut jauh panggang dari api. Publik masih menunjukkan histeria pada sosok kharisma Jokowi dan Putranya yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden.
Akankah pak Jokowi membangun partainya sendiri? Kita tunggu saja!
Admin BPP
Gambar, google
Komentar0