Tentu apa yang dialami oleh Anis Baswendan dalam karier politik hingga hari ini dapat disebut "Ironis". Sebuah perjalanan yang "cepat disanjung" dan langsung "tercampakkan". Ibarat nilai pasar saham yang volatile. Sebentar tinggi apresiasi pasar dan kemudian amblas hingga tidak mampu bangkit.
Dalam istilah pasar saham, Anis adalah "Coin meme" yang mudah ditinggikan harganya dan dibuang hingga tidak ada investor atau trader yang meliriknya. Publik "terbengong" menatap sosok Anies yang sesungguhnya naik kelas dengan keberhasilannya "menjual dirinya" kepada partai pengusung untuk menjadi lawan tanding Prabowo dan Ganjar. Bahkan Ia bisa membuktikan dirinya lebih bermaknet ketimbang Ganjar.
Jika ada istilah "The Rising star" (Bintang yang bersinar), maka ada juga istilah "Faint Star" (Bintang yang redup). Atau dalam pengandaian lain "Sun Set" (matahari terbenam). Agaknya publik bertanya apakah redupnya atau terbenamnya sinar Anies Baswedan adalah masalah temporer. Sebuah jedah yang tidak akan menguburkan karier politiknya.
Sekalipun banyak yang mengatakan bahwa karier Anies bagaikan menegakkan benang basah, namun Anies tidak dapat menerima kenyataan itu. Karenanya, Anies mulai melawan dengan mencanangkan kehadiran partai baru yang akan menjadikan dirinya sebagai manusia bermaknet, memiliki sinar yang dapat menerangi mata batin publik bahwa Ia masih pantas memimpin Indonesia melaluyi kontestasi 2029.
Akankah Anies masih menjadi "Coin Politik" yang "berharga" bagi investor dan trader kekuasaan lainnya? Analis BPP menekankan sebagai sebuah peluang tetap "terbuka". Namun, itu bagaikan menegakkan "benang basah". Anis Baswedan telah mencapai titik puncaknya sebagai "Calon Presiden". Ia akan melandai sampai ada suatu momen politik "Anomali" yang bisa mengantarkan dirinya sebagai Presiden atau Gubernur.
Admin BPP
google, good stats
Komentar0