Dalam konteks kehidupan bersama dengan negara-negara lain, setiap negara lazimnya mendorong kebijakan terbuka bagi kerja sama dengan negara-negara yang berada di sekitar wilayah hukumnya. Saling memberikan bantuan dalam banyak segi. Apakah transfer teknologi, sharing profit dari hasil-hasil pengelolaan kegiatan pertanian, peternakan, pertambangan dan lainnya. Bahkan membangun satu komitmen untuk saling melindungi dari ancaman penyakit, dan serangan dari pihak negara lain yang ingin mendikte kebijakan ekonomi mereka, sll.
Kerja sama antar dua negara atau multi negara akan senantiasa hadir guna memastikan kerjasama lintas wilayah geografis saling menguntungkan dan menghidupkan. Sayangnya, kenyataan geopolitik tidak memberikan kepastian bahwa kerjasama antar negara dapat berlangsung selamanya. Nota kerja sama dalam kurun waktu tertentu bisa saj tidak lagi berlaku dimasa mendatang seiring dengan perubahan lanskap politik di negara masing-masing.
Sebut saja keterpilihan pimpinan negara dengan garis haluan berbeda dengan pendahulunya akan membatalkan beberapa bahkan semua kebijakan kerja sama sebelumnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan perjanjian damai berubah menjadi perjanjian "perang" jika keinginan salah satu negara tidak diterima atau diakomudir.
Memang dalam peribahasa tertentu mengatakan bahwa politik bukanlah perang. Tapi, perang pastilah politik. Peribahasa ini menunjukkan bahwa selama politik kerjasama berjalan mulus, maka politik tidak akan berubah menjadi perang. Akan tetapi jika keinginan salah satu negara yang lebih "powerfull" tidak diperhatikan oleh negara lainnya, maka perang akan melahirkan banyak kebijakan politik. Atau perang itu sendiri merupakan hasil dari kebijakan politik.
Ketegangan dan peperangan di belahan dunia luas misalnya telah memaksa beberapa negara yang terlibat dan terkait melakukan kaji uang atau pendefinisian kembali bentuk kerja sama. Ketidak sepakatan berarti sebuah deklarasi perang.
Perang yang tidak berkeseudahan oleh Rusia dan Ukraina; Antara Israel dengan Hammas; Antara Israel dengan Iran dan faksi-faksinya menegaskan bahwa negoisasi tidak menemukan titik temu perdamaian. Akibatnya "korban manusia" berjatuhan setiap hari.
Perang inilah yang kemudian memicu efek domino. Bukan hanya warga sipil yang berada di dekat area konflik yang merasakan penderitaan. Seluruh dunia mengalami krisis kemanusia dalam berbagai bentuk. Kehilangan nyawa, mata pencarian bahkan kelangkaan bahan baku makanan. Ini semua akan membawa warga global akan mengalami krisis kemanusia berkepanjangan yang dapat membahayakan masa depan bersama.
Admin BPP
Komentar0