GUA0GfA9TpA5GUGlTfYiGUG6TY==

GIBRAN ATAU JOKOWI GANTIKAN AIRLANGGA HARTARTO?

Teka-teki mundurnya elite partai berlambang Pohon Beringin memunculkan banyak spekulasi. Dari alasan yang biasa (sebab alasan pribadi) hingga penyebab tekanan kekuasaan yang tidak mampu ditahahn Airlangga. Mundurnya Airlangga, kabarnya, dipandang memiliki "nomer seri" dari strategy penguasa yang menghendaki menguasai partai "kuning" ini.

Jauh sebelum Airlangga menyampaikan keputusan mundur dari kursi ketua Umum, diisukan dalam tubuh partai warisan orba ini bahwa telah terjadi "konflik" berbagai faksi yang menghendaki pergantian kursi orang nomer satu di tubuh pohon beringin. Beberapa faksi dikabarkan meminta pertanggungjawaban Airlangga tergail gagalnya salah satu partai terbesar untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden sendiri. Hal ini menegaskan kegagalan kepemimpinan Airlangga.

Kabar lainnya mengatakan bahwa mundurnya Airlangga disebabkan karena sudah tersandera terlebih dahulu dengan "sangkutan masalah hukum" yang pada akhirnya "melemahkan" kepercayaan diri Airlangga dalam menahkodai partai yang sudah ada sejak republik ini berdiri.

Sementara itu, mundurnya Airlangga juga diduga keras karena potensi pergantian pucuk pimpinan partai Golkar akan jatuh pada sosok Jokowi, Gibran atau Bahlil yang dipandang sebagai pihak yang kompatibel dengan maksud pencalonan Gibran. Setidaknya, posisi Gibran membutuhkan perlindungan dan penguatan pengaruh, nilai tawar yang tinggi di parlemen yang kini masih dikuasai oleh elit-elit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Jika Gibran diusung menggantikan Airlangga tentu akan mengundang pertanyaan serius seputar kaderisasi. Sementara jika Jokowi diusulkan akan menegaskan dugaan khalayak bahwa memang Jokowi sudah merancang hal ini jauh-jauh hari untuk merusak demokrasi di Indonesia. Jika Bahlil diusung untuk mengamankan Gibran dan Jokowi maka ini tidak terlalu membherikan jaminan kepada keduanya. Satu-satunya jalan untuk mengamankan Gibran adalah memajukan Gibran dan Pak Jokowi.

Terhadap kemunduran Airlangga ini, Megawati Soekarno Putri berkomentar sedih dan menyebut kondisi ini mengkhawatirkan bagi situasi demokrasi di Indonesia. Sayangnya, Megawati Soekarno Putri juga tidak "bersih" dari gugatan partai yang tidak "Demokratis" oleh karena lamanya berkuasa di PDIP sebagai ketua umum.

Teka-teki alasan utama mundurnya Airlangga dari partai Golkar yang sudah dipimpinnya selama 10 tahun tentu kembali kepada dirinya. Hanya Airlangga Hartarto yang dapat menjawab hal ini. Apapun alasan tersebut demikianlah kenyataan dalam berpolitik!

Admin BPP



Komentar0

Type above and press Enter to search.