
Tentu pemahaman tersebut tidak sepenuhnya keliru, namun perlu juga diluruskan. Hal ini menjadi penting karena bisa menjadi penghalang atau batu sandungan bagi mereka yang hendak belajar atau berfilsafat. Padahal sejatinya setiap orang adalah "filsuf" atau setidaknya "menjadi filsuf" dalam konteks memahami kehidupan dan menjalaninya.
Sejatinya filsuf adalah pribadi yang berusaha memahami kehidupan seluas yang disadari dan dialami. Manusia, dalam konteks krhidupan sehari-hari, berusaha memahami kehadiran dirinya, orang lain, lingkungan tinggalnya dan masa depannya. Ada banyak hal yang mengundang pertanyaan untuk diketahui duduk perkaranya. Begitu juga, seorang filsuf adalah mereka yang mengajukan pertanyaan tentang kebenaran sejati. Sebab bisa saja kebenaran yang diyakini merupakan kebenaran sejati sesungguhnya merupakan "tiruan" dari kebenaran.
Seorang filsuf pada gilirannya dipahami sebagai pribadi yang tidak pernah selesai dalam meragukan setiap hal yang diterima sebagai kebenaran baik oleh masyarakat umum, bahkan oleh dirinya sendiri. Seorang filsuf adalah pribadi yang memiliki ketertarikan, agresif dalam mengusulkan bahwa sebuah sangkaan kebenaran perlu diruntuhkan atau digantikan.
Seorang filsuf dapat dimengerti sebagai pribadi yang mencintai kebenaran dan senantiasa berpihak pada kebenaran sekalipun harus melawan keyakinan dirinya sendiri. Seorang filsuf dapat secara tegas mengatakan bahwa dirinya "salah" dalam meyakini kebenaran dan bersegera meninggalkan kesimpulan tentang kebenaran sekalipun itu datang dari lawan-lawan debatnya.
Admin BPP
Foto: google
Komentar0