PEMIMPIN DAN KOMPETENSI BAWAHAN

Bagi seorang pemimpin, di organisasi manapun, menemukan bakat atau talenta terbaik merupakan pekerjaan rumah yang harus dilakukan dan terus dilakukan. Hal ini memiliki nilai strategis agar tidak terjebak pada apa yang disebut budaya "sibuk". Tentu kita tahu, sibuk tidak sama artinya produktif, terlebih bermakna dan memberi manfaat bagi kehidupan organisasi dan masyarakat.

Adagium, wrong people in right place atau orang yang keliru berada di tempat yang baik tidak akan menghasilkan budaya kerja produktif dan bernilai. Begitu juga right people in wrong place atau orang baik di tempat yang keliru sama mematikannya.

Dengan mengetahui bakat, talenta, serta melakukan pekerjaan dengan kesesuaian fungsi akan memberikan jaminan pada produktivitas dan nilai guna hasil kerja. Karena itu, setiap pemimpin perlu memastikan, mengetahui semua kapasitas orang yang dipimpinnya dan menempatkan mereka pada fungsi organ bakatnya. Tanpa itu, organisasi akan melemah, sakit dan mengalami kebangkrutan, atau setidaknya tidak dapat bertumbuh alias gambal tumbuh.

Dalam pengalaman keseharian, kita dapat melihat bahwa jenis organisasi yang sifatnya politik, keagamaan lebih sering mengalami gagal tumbuh atau berkembang oleh karena penggunaan sumber daya manusia yang tidak kompeten atau sesuai dengan bakat atau talentanya, namun hadir dalam dorongan kekuasaan pengambil keputusan. Akhirnya, budaya kerja yang sifatnya merit sistem diabaikan. Hasilnya kita tahu, patalogi organisasi menjadi penyakit yang "membusukkan" organisasi baik dalam rentang waktu pendek maupun panjang.

Admin

BPP