Para elite-elite partai merapatkan barisasn, menutup semua cela yang bakal dimasuki pihak manapun yang akan menghancurkan performa mereka di depan pemilik suara. Slip sedikit poternsi suara tergerus. Hal yang paling ditakuti adalah "terbongkarnya" kasus-kasus potensi korupsi yang senantiasa di endus oleh KPK yang sedang membutuhkan kepercayaan publik.
Sebut saja Kader elite PDIP yang belakangan ini lebih sering berurusan dengan pihak penyidik KPK. Paling tidak media sosial banyak menghadirkan berita-berita yang menyebutkan keterlibatan elite atau kader PDIP dengan lembaga KPK yang sifat kerjanya independen, mandiri.
Tidak absennya PDIP dan kadeer-kadernya berurusan dengan KPK dapat menjadi cela yang dapat dimasuki oleh "Buzzer" kandidat lainnya yang dapat meyakinkan publik bahwa partai PDIP menjadi partai yang tidak memiliki kader yang bebas dari prilaku korupsi. Tentu kondisi ini juga didera oleh partai-partai lainnya, seperti partai NASDEM, dll.
Secara prinsip, partai-partai yang berkontestasi membutuhkan pencitraan yang baik di masa-masa yang sifatnya tinggal menghitung "jari". Karena itu, tim sukses masing-masing partai perlu kerja ekstra meyakinkan bahwa partai mereka "komit" pada upaya pemberantasan korupsi.
Banyak pihak masih berpikir bahwa partai PDIP akan menjadi partai yang mengisi ruang pemberitaan yang sifatnya "negatif". Hal ini disinyalir dengan masih belum terurainya ketegangan antara PDIP dengan rezim berkuasa yang "merasa dimerahkan" nilai kinerja mereka.
Karena itu, jika PDIP tidak memiliki strategi yang wise, bisa jadi suksesi Pilkada tahun ini akan menunjukkan "angka merah" alias akan banyak mengalami kekalahan, bahkan di rumah sendiri atau kandang sendiri.
Admin
BPP
Foto (google, detikcom)
Komentar0